Sakinah dan Damai Bersamamu

 Sakinah dan Damai Bersamamu


Keluarga kami termasuk keluarga kecil. Anak kami dua, anak pertama laki - laki dan anak kedua perempuan. Meskipun keluarga kami sangat kecil dan hanya terbatas dua orang anak, namun sudah merasa sangat bahagia. Kedua anak kami sangat penurut, taat dan hormat pada kedua orangtuanya. Dari kecil hingga dewasa kami bersyukur selalu bisa membanggakan orang tua. Tidak hanya dari prestasinya, namun keduanya dari kecil hingga saat ini tidak pernah membuat kecewa kedua orangtuanya. Mulai dari sekolahnya, ibadahnya bahkan kesopanannya kepada orang lain apalagi kepada yang lebih tua selalu taat.

Kami merasa sangat bersyukur kepada kedua anak kami. Dalam hal keuangan keduanya sangat hemat. Uang sakunya selalu disisihkan dan ditabungnya. Mereka berdua tidak suka foya-foya seperti layaknya anak seusianya. Sederhana dalam penampilan dan tidak suka pada hal yang tidak bermanfaat. Itu semua karena hasil pendidikan kami yang selalu mengajari pada mereka tentang disiplin dalam hal apapun dan bisa berhemat dalam situasi apapun.

Pada beberapa tahun yang lalu sewaktu mereka masih usia 6 tahun dan 2 tahun, Ayahnya selalu menerapkan disiplin dalam beribadah. Misalnya salat lima waktu tepat pada waktunya. Pernah suatu ketika anak saya yang pertama ketika itu masih usia 6, tahun, masih bermain dengan teman teman- temannya. Dan saat itu terlihat asyik bermain dengan teman - temannya. Ayah menghampiri anak saya dan langsung spontan anak saya lari kencang untuk segera pulang dan mengambil air wudhu untuk segera salat. Ini suatu bukti bahwa begitu pentingnya menanamkan disiplin sejak dini. Sejak saat itu selalu jika ada panggilan untuk salat segera berlari dan melakukan salat. Akhirnya menjadi sebuah kebiasaan. Dan Alhamdulillah kami selalu berjamaah salat bersama. Ayah, kakak, adik dan saya. Hal itu selalu menjadi sebuah kebiasaan dan menanamkan rasa kebersamaan dan kehangatan dalam keluarga. Setelah salat berjamaah , segera mengambil Al-Quran untuk membaca bergantian. Rasa nyaman, aman dan damai kami rasakan disaat kami semua berkumpul. Setiap ada permasalahanpun kami saling bermusyawarah. Baik itu ada masalah di sekolah anak - anak atau masalah pribadi mereka masing - masing. Jadi saling terbuka diantara kami. Sang kakak juga bisa melindungi adiknya jika ada masalah apapun.

Setelah menginjak dewasa sang kakak bisa menyelesaikan kuliahnya dengan tepat waktu. Sebelum acara wisuda anak saya menemukan tambatan hatinya dan dikenalkan oleh kami. Memang kebiasaan kakak setiap kenalan dengan wanita manapun pasti kami selalu diberitahu. Nampaknya sang kakak sudah fokus untuk berkeluarga. Sebagai orangtua jika anak sudah senang, dan siap membina rumah tangga maka kamipun harus menyetujuinya. Akhirnya acara bertemu kedua keluarga untuk silaturahmi sudah dilaksanakan, sampai rencana pernikahannya.

Sebagai orangtua pasti senang jika abaknya juga senang. Sejak saat itu anak saya harus ikut dengan istrinya karena istrinya anak semata wayang. Meskipun kami hanya mempunyai dua anak, tapi kami rela untuk kebahagiaannya.

Hari demi hari kami merasa sangat kesepian karena didalam rumah tinggal. Ayah,adik dan saya. Anak yang kedua sudah mulai kuliah dan diterima tanpa tes di Politeknik Negeri Malang. Semakin sepi dalam rumah tangga kami. Namun meskipun kami berjauhan setiap harinya pasti bertemu lewat "video call". Dengan harapan bisa bertemu meskipun lewat udara, tetapi bisa ngobrol dan melihat wajahnya langsung. Begitulah suasana di keluarga kami selalu akrab dan hangat disetiap kesempatan bertemu.Tidak pernah berselisih faham dan bertengkar.

Harapan kami ingin menjadi keluarga Cemara yang bisa sakinah mawadah warahmah.

Amin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Buah Prestasi Dari Menulis